Jakarta, HFI Online
Direktur Eksekutif Humanitarian Forum Indonesia (HFI) Surya Rahman Muhammad menyampaikan, pihaknya sedang mengembangkan database lembaga atau anggotanya untuk memudahkan proses penanggulangan bencana dan tanggap darurat. Menurutnya, database tersebut mencakup berbagai informasi seperti pengembangan media informasi, daftar kompetensi/keterampilan esensial untuk respon kemanusiaan, serta pendataan kompetensi dan sumber daya manusia (SDM) setiap invidu dari semua anggota HFI. “Tujuannya adalah untuk membuat basis data lembaga respon dalam satu aplikasi di level kabupaten/kota, dan provinsi seluruh Indonesia,” ujar Surya dalam keterangan tertulisnya.
Database ini untuk pemetaan beberapa kompetensi yang dimiliki staff lembaga anggota HFI ada 3 ketrampilan yaitu ketrampilan inti, khusus, dan tambahan. Ketrampilan inti adalah keterampilan dasar kemanusiaan. Sementra ketrampilan khusus lebih spesifik atau keahlian khusus dapat teridentifikasi dan terdata oleh HFI, sehingga HFI dan anggotanya dapat mengoptimalkan sumberdaya yang dimiliki dalam menjalankan aksi-aksi respon di lapangan. Surya mencontohkan search and rescue (SAR), menurutnya tidak semua lembaga bisa melalukan SAR dan diperlukan kompetensi khusus, sebab untuk menjangkau korban dibutuhkan keterampilan khusus, sehingga dapat memastikan dukungan kemanusiaan dapat diberikan secara tepat.
Berikutnya adalah keterampilan tambahan berupa teknis seperti kemampuan berkomunikasi dengan stakeholder atau koordinasi lebih lanjut. Database ini bisa diisi oleh jaringan HFI di kabupaten atau kota se-Indonesia, karena ini adalah self-assessment, sehingga bisa memetakan kompetensi SDM setiap lembaga.
Database ini juga menjadi langkah awal, sehingga perlu dilakukan pilot activity nasional untuk melihat apakah infomasi yang disedikan bisa menjawab dengan mudah atau tidak kebutuhan di lapangan, sehingga nanti akan menjadi rujukan revisi sebelum disebarkan ke seluruh kabupaten/kota se-Indonesia.
Situasi saat proses tanggap bencana cukup dinamis, banyak informasi yang dibutuhkan tapi sulit tersampaikan, sehingga melalui platform ini harapannya bisa jadi wadah untuk mengupdate situasi baik dinamika relawan maupun situasi di lapangan.
Sementara itu, Kukuh Setyawan, Konsultan Database ini menjelaskan bahwa semua informasi terkait penanggulangan bencana, seperti tahap pencegahan dan mitigasi, tahap kesiapsiagaan, tahap tanggap darurat, serta tahap rehabilitasi dan rekonstruksi.
“Kemudian penjelasan polusi, air, limbah yang berbahaya, runtuhan bangunan dan cara membersihkannya seperti apa, atau di beberapa situasi perlu anjing pelacak atau yang lainnya,” imbuhnya.
Contoh lain menurut Kukuh, ketika terjadi banjir di Jakarta, meski hanya terhitung jam saja tapi tetap memilik dampak, tidak efektif jika mendirikan tenda, maka diberikan respon lain dengan mencari data warung-warung yang bisa dimanfaatkan sebagai solusi dari dampak yang ada.
Kemudian, Fahmi Yanuar Farid (Konsultan Database) menekankan pentingnya kesadaran setiap anggota untuk mengumpulkan data relawan terkait kompetensinya.
“Kami berharap satu platform ini bisa bermanfaat untuk banyak orang. Proses penanggulangan bencana berjalan dengan baik, kajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan dan sumberdaya, penetapan status keadaan darurat bencana, hingga penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana bisa dilakukan dengan cepat dan tepat berkat database ini,” pungkasnya.