Rumah Ibadah Tangguh Bencana Perlu Dilanjutkan

Rumah Ibadah Tangguh Bencana Perlu Dilanjutkan

“Masyarakat Indonesia sekitar 85% ketika terjadi bencana akan melarikan diri ke rumah ibadah, karena secara konstruksi di lihat lebih kuat. Jika berbicara mengenai RITB, kita bukan hanya memanfaatkan tempatnya tapi bagaimana kita memanfaatkan sumber daya manusianya untuk pengurangan bencana. Tugas kita cukup panjang jika melihat persebaran rumah ibadah yang cukup banyak di Indonesia, Rumah Ibadah atau Tempat ibadah bagi masyarakat Indonesia menjadi pusat  kegiatan spiritual, tetapi juga menjadi jantung komunitas. Dalam konteks yang lebih luas, rumah atau ibadah juga menjadi wadah bagi dialog antaragama, memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Dengan demikian, tempat ibadah tidak hanya berperan dalam tanggap bencana, namun juga dalam membangun masyarakat yang resilient dan inklusif” kata Surya  Rahman Muhammad, Direktur Eksekutif HFI dalam sambutan diskusi terarah Persiapan Program Rumah Ibadah Tangguh Bencana di Jakarta.

Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 22 Oktober 2024 dengan mengundang perwakilan tokoh agama (Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu) dan organisasi Anggota HFI. Diskusi terarah  ini dimaksudkan untuk melakukan refleksi terhadap kegiatan serupa yang pernah dilakukan oleh berbagai pihak, khususnya melihat kembali cakupan materi agar mudah dipahami baik oleh tokoh agama dan stakeholder yang akan dilibatkan, model pendekatannya, serta strategi keberlanjutan dari agenda tersebut yang dapat dilaksanakan secara mandiri dalam Proyek USAID-HFI STEADY.

HFI melalui Proyek USAID-HFI STEADY  akan melakukan program RITB. Kegiatan yang akan dilakukan adalah Training fasilitator bagi perwakilan Tokoh Agama dan perwakilan anggota HFI dari nasional dan daerah, dengan mengadopsi Panduan Fasilitator RITB yang dikembangkan oleh Yayasan Relief Islami Indonesia (YRII) bersama HFI, serta pelatihan dan simulasi untuk komunitas rumah ibadah. Proyek USAID-HFI STEADY dilaksanakan di 5 wilayah, yakni: Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Daerah Khusus Jakarta, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Timur. Dalam menjalankan proyek ini diharapkan menguatkan kapasitas dan tata kelola membangun mitigasi  di rumah  ibadah dapat berkontribusi bagi upaya penyelamatan dan pengelolaan risiko bencana berbasis komunitas.

Pengembangan rumah ibadah tangguh bencana (RITB) diinisiasi HFI pada Program SINERGI 2  2021-2022). Bagi Keluarga Besar Humanitarian Forum Indonesia, kegiatan penguatan rumah ibadah sudah lama dilakukan. MDMC  melakukan sejak 1998 dengan mengembangkan Program Jamaah Tangguh. Selain itu ada LPBI NU melalui program Santri Siaga Bencana, dan diikuti Rumah Zakat, Human Initiative, Biro PRB PGI, DT Peduli, Rebana Indonesia, dan Wahana Visi Indonesia. Heru Prayitno, salah satu tokoh agama Buddha yang merupakan fasilitator RITB SiNERGI 2. WALUBI sudah sosialisasi tingkat provinsi dan kota. “Kami sudah bicarakan hanya saja secara birokrasi atau secara struktural masih diperlukan instruksi dengan baik agar bisa di jalankan bersama.” Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut penting untuk memastikan keberlanjutan kesiapsiagaan di rumah ibadah. Proyek USAID-HFI STEADY menjadi salah satu kegiatan untuk mewujudkan dengan Upaya semua pemangku kepentingan yang ada di Indonesia dari perwakilan Masyarakat, tokoh agama, Kementerian Agama serta BNPB/BPBD dan pihak pemangku kepentingan RITB yang lain.

Share: