Sendai Spring: Turning Risk Into Resilience

Sendai Spring: Turning Risk Into Resilience

Kematian, kehancuran dan perpindahan akibat bencana alam dapat dikurangi secara signifikan pada tahun 2030 menjadi sebuah kerangka kerja baru yang diadopsi oleh negara-negara yang menghadiri Konferensi Dunia ke-3 tentang Pengurangan Risiko Bencana, di Sendai, Jepang. Para delegasi dari berbagai negara, menegaskan untuk “mendesak dan sangat perlunya” mengantisipasi, merencanakan dan mengurangi risiko yang lebih efektif, akan dapat melindungi orang, masyarakat dan negara, serta untuk membangun ketahanan. Mereka mengadopsi Deklarasi Sendai dan Kerangka kerja Pengurangan Risiko Bencana 2015-2030 setelah melakukan diskusi selama beberapa hari, dan sesi negosiasi alot selama lebih dari 30 jam. Ada 187 Negara anggota PBB yang turut menghadiri Konferensi tersebut dan menyetujui tujuh tujuan, empat prioritas dan seperangkat prinsip-prinsip panduan, serta menggarisbawahi bahwa pengurangan secara substansial dari resiko bencana memerlukan kegigihan dan ketekunan, “secara eksplisit lebih berfokus pada masyarakat dan kesehatan, mata pencaharian mereka, serta melakukan tindak lanjut secara teratur.”

Konferensi ini juga, menyetujui perlunya komitmen yang kuat dan keterlibatan kepemimpinan politik di setiap negara dalam pelaksanaannya, serta menindaklanjuti kerangka kerja yang baru. Konferensi ini juga menyepakati perlunya tindakan yang terfokus pada empat bidang prioritas:

  1. memahami risiko bencana; memperkuat tata kelola risiko bencana untuk mengelola risiko bencana;
  2. melakukan investasi dalam pengurangan risiko bencana dan ketahanan;
  3. meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana untuk melakukan respon yang efektif,
  4. ‘membangun kembali dengan lebih baik’ dalam pemulihan, rehabilitasi dan rekonstruksi.

Tujuh target global dari Kerangka kerja yang dicapai selama 15 tahun ke depan: mengurangi secara substansial dalam jumlah kematian bencana global; mengurangi secara substansial dalam jumlah orang yang terkena dampak; mengurangi kerugian ekonomi dalam kaitannya dengan produk domestik bruto (PDB); dan mengurangi secara substansial kerusakan akibat bencana terhadap infrastruktur yang penting, dan gangguan pelayanan dasar, termasuk fasilitas kesehatan dan pendidikan. Juga ditargetkan dapat meningkatkan jumlah negara dengan strategi nasional dan lokal dalam pengurangan risiko bencana pada tahun 2020; memajukan kerja sama internasional; dan meningkatkan akses ke sistem peringatan dini multi bahaya, informasi risiko bencana dan penilaian.

Konferensi Dunia dihadiri lebih dari 6.500 peserta, termasuk 2.800 perwakilan Pemerintah dari 187 Pemerintah. Forum Publik memiliki 143.000 pengunjung selama lima hari berlangsungnya konferensi, dan membuat Konferensi menjadi salah satu pertemuan PBB terbesar yang pernah diadakan di Jepang. (Sumber: Sendai: UN conference adopts new, people-centred disaster risk reduction strategy, http://unic-jakarta.org/2015/03/19/sendai-konferensi-pbb-mengadopsi-strategi-pengurangan-risiko-bencana-baru-yang-berpusat-pada-masyarakat/).

ADRRN (Asian Disaster Reduction and Response Network) ikut mengkampanyekan “Sendai Spring – Turning Risk to Resilience”. 2015-2016 adalah tahun-tahun yang dapat membantu menentukan jalan masa depan dunia. Lima kerangka kerja global mengenai pengurangan risiko bencana (SFDRR), perubahan iklim (Paris Agreement-COP 21), tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), pembiayaan dan aksi kemanusiaan, telah ditandatangani. Secara keseluruhan, lima kerangka kerja ini menjangkau berbagai aspek risiko yang kita hadapi. Sendai Spring bertujuan untuk membuat kerangka kerja global relevan untuk kita dan aksi lokal kita. Yang diharapkan adalah memahami kerangka kerjanya, membuat komitmen dan berbagi aksi ketahanan yang kita lakukan (www.sendaispring.net #SENDAISPRING)

Humanitarian Forum Indonesia sebagai salah satu anggota jejaring ADRRN dipercayakan melakukan kampanye “Sendai Spring” ini di Indonesia dalam bentuk semiloka sehari. (http://sendaispring.net/) Menyambut ulang tahun sewindunya, HFI mengadakan semiloka ini sebagai penyegar ulang komitmen ini.

Yang hendak disasar dalam kegiatan ini adalah para peserta sudah dapat mengetahui tujuan, prinsip dan agenda prioritas Kerangka Kerja Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana; mengetahui agenda lokal untuk pengurangan risiko bencana; dan menyusun rancangan aksi bersama mengubah risiko menjadi ketangguhan di tingkat lokal.

Semiloka ini diselenggarakan pada hari Kamis, 14 April 2016 pkl 08.00 s/d 17.00 bertempat di kantor Wahana Visi Indonesia. Semiloka ini difasilitasi oleh Iskandar Leman dari MPBI dan sekaligus sebagai Executive Committee Member dari ADRRN. Sebanyak 26 orang mengikuti Semiloka ini, dengan keterangan 8 perempuan dan 18 laki-laki yang terdiri dari unsur pemerintahan, badan PBB, LSM dan perusahaan.

Dalam Semiloka ini, para peserta mendapatkan informasi yang mendalam mengenai Kerangka Kerja Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana dan menganalisis isi KKSPRB tersebut dengan Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 mengenai Penanggulangan Bencana, PP no.21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019. Selain itu, Semiloka ini juga mendapatkan berbagai agenda untuk mengimplementasikan KKSPRB ini ke daerah.

Sehubungan dengan kampanye Sendai Spring: Turning Risk Into Resilience yang dilakukan secara global, para peserta menuliskan komitmen mereka dalam form khusus “My Risk, My Commitment” dengan memilih dari antara 7 kategori risiko yang biasa mereka hadapi seperti Lingkungan, Sosial, Kebutuhan Dasar, Infrastruktur Fisik, Keuangan, Pemerintahan, dan Lainnya, dan kemudian apa yang menjadi komitmen mereka dalam mengurangi risiko tersebut.

Share: