Jakarta, HFI Online
Humanitarian Forum Indonesia (HFI) bekerja sama dengan U.S. Agency for International Development (USAID) membuat program Penguatan Kapasitas dan Pendampingan OMS dalam Respons Darurat, Koordinasi, dan Advokasi (USAID-HFI STEADY). Program ini berupaya untuk memperkuat kapasitas anggota HFI sebagai perespon awal yang mengoptimalkan dalam aspek teknis maupun operasional dalam respons kemanusiaan, kesiapsiagaan, koordinasi, advokasi, dan akuntabilitas.
Direktur Eksekutif HFI, Surya Rahman Muhammad mengatakan, berdasarkan hasil asessment dari 18 anggota HFI melalui “Penilaian Kapasitas dan Akuntabilitas Organisasi Masyarakat Sipil (OMS-COCA), terpilih lima organisasi anggota yang ditunjuk sebagai pelaksana sekaligus menjadi mitra HFI dalam implementasi koordinasi HFI di 5 area program, yang merupakan bagian dari Projek USAID-HFI STEADY.
Lima Mitra ini kemudian akan mendapatkan “Pelatihan Manajemen Keuangan Proyek” yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas dalam pengelolaan organisasi yang berdampak pada pengembangan program dan layanan. Selain untuk meningkatkan dan mengoptimalkan manajemen keuangan, Surya mengatakan, kelima mitra tersebut juga harus membuat rencana tindak lanjut untuk peningkatan domain manajemen keuangan.
Adapun “Lima mitra dalam kegiatan ini adalah, Asia Muslim Charity Foundation (AMCF), Yayasan Kemanusiaan Madani Indonesia (YKMI), Muhammadiyah Disaster Management Center Pimpinan Pusat Muhammadiyah (MDMC PP Muhammadiyah), DT Peduli, dan Rebana Indonesia,” ujar Surya dalam keterangan tertulisnya. Kegiatan itu juga difasilitasi oleh Sekretariat HFI didukung Tim dari Catholic Relief Services (CRS) sebagai Sub-awardee USAID-HFI STEADY dengan tim dari USAID-HFI STEADY. Adapun materi yang disampaikan seperti, Pengelolaan Keuangan dan Konsep Financial Accounting, Sistem Keuangan dan Akuntansi, Tanggung Jawab Keuangan untuk Program, Pengendalian Internal dan Kecurangan, Siklus Manajemen Keuangan Project, hingga Audit.
Menurut Surya, pemateri menjelaskan pentingnya tim keuangan dalam organisasi. “Manajemen keuangan dalam organisasi sangat vital, sebab seluruh roda organisasi tidak akan berjalan tanpa adanya pengelolaan keuangan yang baik,” imbuhnya. “Kami berharap semua peserta yang mewakili organisasi/Lembaga bisa optimal dan maksimal mengikuti pelatihan ini,” pungkas Surya.
Salah satu materi dalam kegiatan ini, Yulian Saragih (HFI) menjelaskan Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) atau 10 prinsip akuntansi, di antaranya Keteraturan, Konsistensi, Ketulusan, Metode Permanen, Non-Kompensasi, Kehati-hatian, Kontinuitas, Prioritas, Materialistis dan Itikad Baik. “Pada dasarnya kelima mitra/lembaga sudah memenuhi 10 prinsip GAAP. Namun, rata-rata permasalahannya lebih ke pelaporan antara tim lapangan ke pusat,” jelas Yulian.
Yulian menyarankan, tim program maupun tim lapangan dan finance perlu menyelaraskan persepsi untuk mencapai kesepakatan agar program dapat berjalan sesuai SOP yang ada di organisasi. Kemudian, lanjut Yulian, menerangkan secara umum pengelolaan keuangan disebut serangkaian aktivitas dalam melakukan perencanaan, pengendalian sampai proses pelaporan, dalam pengelolaan keuangan lembaga Non-Government Organization (NGO) diatur dalam ISAK 35. NGO merupakan organisasi nirlaba, jadi dalam pelaporan keuangan tidak ada laporan laba rugi (keuntungan) karena aktivitas yang menghasilkan laba bisa menjadi temuan audit dan mempengaruhi laporan pajak lembaga.
“Lalu apa saja account balance sheet yang ada di lembaga masing-masing? Kenapa orang program harus tahu chart account?. Karena semua itu bisa memudahkan dalam me-review keuangan atau laporan dari tim keuangan,” ungkapnya. Selain itu, dokumentasi keuangan menjadi bukti bahwa sebuah transaksi sudah terjadi, memastikan transaksi dicatat dengan benar dan akurat, serta untuk pemenuhan kewajiban hukum.
Narasumber berikutnya, Devita Kartika menerangkan materi terkait tanggung jawab keuangan program. Menurutnya, hal ini tak kalah penting dalam sebuah organisasi/Lembaga, sebab ia bertugas mengembangkan anggaran, jalin kerja sama untuk menentukan struktur, mengembangkan proyeksi biaya, hingga me-review menyetujui permintaan. “Peran tim program melakukan pengecekan dan analisis dalam menentukan kebutuhan di lapangan, sebelum informasi kegiatan sampai ke tim keuangan. Kemudian tiga yang penting diperhatikan tim keuangan, yaitu Start of project, Budget Monitoring, and Project Closure,” paparnya.
Devita juga menjelaskan pentingnya pengendalian internal dan fraud/Kecurangan. Menurutnya, suatu proses yang dijalankan oleh organisasi untuk memberikan jaminan yang layak mengenai efektivitas dan efisiensi operasional, reliabilitas pelaporan keuangan, kepatuhan atas hukum dan peraturan yang berlaku. “Pengendalian internal itu penting karena berhubungan dengan kepercayaan keberlangsungan organisasi, pengambilan Keputusan, memastikan kepatuhan perundang-undangan, serta membantu meningkatkan efisiensi operasional. Siklus manajemen keuangan, juga mencakup bagaimana menetapkan kegiatan, anggaran dan alokasi biaya, kemudian penerimaan dana, mengalokasikan dan memobilisasi sumber daya, hingga monitoring dan laporan, imbuhnya.
“Secara finansial karakteristik dari setiap organisasi itu berbeda-beda. Penting mengetahui struktur organisasi sebelum melakukan budgeting. Setiap item biaya yang dikeluarkan untuk tujuan yang sama harus diperlakukan secara konsisten dalam keadaan yang sama. Dana underspend terlalu banyak tidak bagus bagi suatu organisasi karena akan menimbulkan persepsi lain dari donor.
Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari ini diikuti 21 peserta terdiri 2 orang perwakilan dari kelima mitra USAID-HFI STEADY, 1 orang dari CRS, dan 10 orang tim USAID-HFI STEADY.